Rabu, 31 Desember 2008

Semarang, Kota dengan ciri Banjir

Kota Semarang adalah kota yang tidak dapat dipisahkan dengan banjir. Pada musim hujan banjir akan selalu singgah di sini. Pada musim kemarau banjir genangan pasang juga akan singgah paling tidak sekali dalam setengah bulan. Warga luar kota pun dengan mudah akan dapat mengenali ciri ciri ini. Bagaimana tidak, 4 pintu masuk kota semarang dari 4 moda transportasi tidak kebal terhadap banjir.

Terminal bus angkutan umum Terboyo sudah sangat memprihatinkan. Tidak ada hari tanpa genangan pasang. Ini mengakibatkan jalan akses masuk ke terminal selalu rusak. Akibat lanjutannya adalah bus antar kota enggan masuk ke terminal ini. Untungnya Pemerintah Kota Semarang telah membangun terminal bus baru yaitu Terminal Mangkang. Terminal itu rencananya akan beroperasi mulai 1 Januari 2009.

Stasiun kereta Tawang juga sudah tidak layak lagi untuk mendaratkan penumpang dari luar kota. Pada saat saat tertentu genangan pasang akan menutupi ruang tunggu penumpang. Hal ini mengurangi kenikmatan penumpang menggunakan jasa dari PT KAI. Sampai saat ini tidak terdengar rencana untuk memindahkan stasiun ini.

Pelabuhan Tanjung Emas telah ditingkatkan pada akhir dekade 1980an. Namun demikian justru karena pelabuhan ini dibuka baru maka saat itu pula fenomena genangan pasang mulai tampak. Saat ini hampir semua penumpang kapal yang menggunakan Pelabuhan Tanjung Emas akan mengenal genangan pasang itu sebagai bagian tak terpisahkan dari pelabuhan tersebut.

Yang terakhir, Bandar Udara Ahmad Yani. Pada hari hari tertentu bandar ini tidak dapat dioperasikan karena terkena banjir, yaitu ketika durasi dan intensitas curah hujan mencapai puncak pada musimnya. Bandara Ahmad Yani telah diperpanjang dan hal ini memaksa sebuah sungai dibelokkan. Pembelokan sungai ini membuat ancaman banjir menjadi lebih besar. Belum ada rencana untuk memindahkan bandara ini ke tempat lain.

Kota Semarang sebenarnya adalah kota yang (berpotensi) indah. Ada bagian rendah di bagian utara yang berupa kawasan terbangun dan dapat dikatakan sebagai business area. Musuhnya adalah banjir dan genangan pasang. Ada bagian tinggi di bagian selatan. Sudah mulai berkembang namun menurut pendapat saya adalah pengembangan yang salah. Semestinya bagian selatan adalah kawasan lindung yang mendukung kehidupan di bagian utara. Keindahan dimulai dengan tata air yang bagus, bagian selatan dapat menahan air di musim hujan untuk dialirkan ke utara di musim kemarau. Dengan cara ini Semarang akan menjadi kota yang indah.

Baca lanjutan!

Rabu, 12 November 2008

Air Baku menjadi Kendala Pengembangan Air Minum

Ketersediaan Air Baku menjadi Penghambat, demikian judul artikel air minum yang dimuat di Harian Kompas, Selasa, 11 November 2008 . Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (Budi Yuwono) menyatakan bahwa banyak komitmen investasi pengembangan air minum melalui skema public private partnership tidak dapat diwujudkan karena ketiadaan jaminan dari PDAM untuk mencukupi air bakunya. Saat ini baru 11 PDAM yang berminat untuk investasi dengan cara itu. Dengan itu PDAM menjanjikan adanya peningkatan sambungan sebesar 300.000 SL. Lebih lanjut dinyatakan bahwa selama 35 tahun praktek pengembangan air minum kita hanya mampu menambah 7,1 juta sambungan langsung (SL) sehingga berat untuk dapat menambah 10 juta SL dalam 5 tahun ke depan.

Air baku adalah faktor utama dalam produksi air minum. Tanpa air baku tidak ada produksi air minum. Ketaktersediaannya menjadi kendala utama pengembangan air minum. Budi Yuwono menyatakan bahwa pelestarian daerah hulu menjadi penyebab utama dari ketaktersediaan air baku . Peran Departemen Kehutanan dan pemerintah daerah dominan dalam menjamin pelestarian sumber air baku tersebut.

Ketersediaan air baku tak hanya cukup dilakukan dengan cara pelestarian saja tetapi juga harus dilakukan upaya konservasi secara lengkap dengan tambahan dua kegiatan dominan yaitu pengawetan (pembuatan waduk, embung, dsb) dan pengendalian pencemaran. Tanpa konservasi lengkap tidak mungkin dapat dipenuhi kebutuhan air baku untuk air minum penduduk Indonesia yang sudah sangat padat ini. Peran Departemen Pekerjaan Umum sangat besar dalam menyelenggarakan konservasi ini.

Peran Departemen Pekerjaan Umum dalam pengembangan air minum menjadi lebih besar lagi karena izin pengambilan air berada pada Menteri Pekerjaan Umum. Jaminan PDAM sebagaimana dinyatakan oleh Budi Yuwono dapat dengan mudah diperoleh jika Menteri Pekerjaan Umum telah memberikan izin pengambilan air kepada PDAM.

Jadi manakala kita menjumpai kondisi rendahnya kecepatan peningkatan air minum di Indonesia maka, sebenarnya, sebagian besar masalahnya ada di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

Baca lanjutan!

Jumat, 31 Oktober 2008

Kecelakaan di Perlintasan Madukoro Semarang

Berita TPI hari Kamis 16 Oktober pukul 12.05 menyatakan bahwa sebuah mobil tertabrak kereta api di perlintasan Jalan Madukoro Semarang. Korbannya adalah Indah Sulistyawati. Dia tercatat sebagai Kepala Seksi Pembangunan dan Konservasi Dinas PSDA Jawa Tengah. Kabar buruknya, mobilnya ringsek sedang kabar baiknya, yang bersangkutan slamet walaupun mungkin sangat terkejut. Kecelakaan disebabkan oleh penjaga yang alpa (sedang mabuk) ketika kereta api melintas.

Perlintasan sebidang jalan raya dan jalan baja (kereta api), dengan atau tanpa penjaga, selalu diberi rambu STOP pada sisi jalan rayanya dengan maksud agar para pengendara kendaraan menghentikan kendaraanya sesaat sebelum melintasi jalan baja tsb. Dengan begitu paling tidak ada waktu bagi pengendara untuk menengok kekanan dan kiri menilai situasi sebelum melintas. Kalau proses ini ditaati maka frekuensi kecelakaan di perlintasan jalan baja dapat dikurangi.

Sayangnya, kondisi di Semarang agak berbeda. Walaupun pengendara sudah berhenti dia tidak akan dapat menilai situasi karena pandangannya terhalang oleh permukiman yang memenuhi ruang sempadan jalan kereta api. Jadi kalau kita berjalan di Semarang terutama di Jalan Madukoro, Anjasmoro, Kokrosono dan Hasanudin maka keselamatan kita sangat tergantung pada kesiagaan penjaga perlintasan. Kita harus sangat hati hati. Saya rasa sudah saatnya Pemerintah Kota Semarang mengosongkan ruang sempadan itu untuk mengurangi resiko kecelakaan di perlintasan jalan kereta api. Saya yakin sebenarnya ruang tersebut masih milik PT KAI yang dirambah oleh masyarakat.

Baca lanjutan!

Jumat, 26 September 2008

Penanganan Kawasan Gunung Sindoro Sumbing Prau

Jumat, 26 September 2008, pukul 09.30 dipaparkan Konsep Penanganan Kawasan Gunung Sindoro Sumbing Prau di Loka Bakti Praja, Sekretariat Daerah Kabupaten Temanggung. Paparan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung pada suatu rapat yang dipimpin oleh Bupati Temanggung (Drs H Hasyim Afandi) didampingi Wakil Bupati (Ir Budiarto MT), Kepala Polres Temanggung dan Komandan Kodim Temanggung serta dihadiri hampir seluruh pimpinan SKPD pada Kabupaten Temanggung, PDAM Kabupaten Temanggung, Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Kedu Utara, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Wonosobo dan Balai PSDA Progo Bogowonto Luk Ulo. Dua yang terakhir itu adalah UPT dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Paparan dilakukan oleh dua pejabat , yang pertama adalah Asisten II Sesda Temanggung dan yang ke dua adalah Kepala Perum Perhutani KPH Kedu Utara. Bupati kemudian memberikan tambahan dan menutup rapat.

Paparan Asisten II menyatakan bahwa Penanganan Kawasan Gunung Sindoro Sumbing Prau adalah bahasa halus dari Rehabilitasi Lingkungan Kawasan Gunung Sindoro Sumbing Prau. Problem utama yang ada di Kabupaten Temanggung bersumber dari kerusakan lingkungan kawasan tersebut. Indikasi yang nyata dari ekses kerusakan ini adalah menurunnya secara berarti sumber sumber air yang menjadi sumber air PDAM Kab Temanggung. Untuk mengatasi problem ini maka dilakukan strategi dengan membagi kawasan tsb menjadi 4 zone, yaitu: zona I kawasan puncak, zona II kawasan sabuk, zona III kawasan perkotaan dan perdesaan dan zone IV kawasan lingkungan sumber air. Semua instansi berkenaan didorong untuk melakukan tindakan nyata di zona zona tersebut sesuai tupoksinya dengan mengedepankan partisipasi masyarakat.

Paparan Kepala Perum Perhutani KPH Kedu Utara menyatakan bahwa telah terjadi kerusakan hutan pada wilayah yang menjadi tanggungjawabnya yang disebabkan oleh kegiatan masyarakat sekitar hutan. Sebagian besar lahan hutan berada di Kabupaten Temanggung. Untuk mengatasi hal itu telah dilakukan upaya hukum maupun sosial kepada masyarakat dimaksud. Dalam kaitan dengan upaya sosial telah dibina keberadaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan untuk bersama sama mengelola hutan. Kegiatan ini akan terus dikembangkan.

Bupati menyatakan bahwa ada 2 cara pandang berbeda antara instansi pemerintah dengan LSM dalam mengatasi problem yang ada pada masyarakat (yang selanjutnya berimbas ke sektor lain). Instansi melihat bahwa infrastruktur adalah jawaban atas yang problem tsb sedangkan LSM yakin bahwa pembinaan masyarakat adalah jawabannya. Paparan Asisten II dan Kepala Perum Perhutani tsb. telah memperhatikan aspek infrastruktur dan pembinaan masyarakat. Persoalannya adalah pada penyediaan dana. Sesuai dengan amanat perundang undangan maka sebagian besar dana telah teralokasikan untuk pendidikan dan kesehatan sehingga diperlukan terobosan untuk membiayai rehabilitasi lingkungan ini. Masyarakat swasta dan lembaga donor yang tertarik pada kegiatan ini perlu dirangsang partisipasinya.

Kabupaten Temanggung telah memulai kegiatan yang sangat bagus yaitu rehabilitasi lingkungan. Kegiatan ini berbasis atas kesadaran bahwa lingkungan yang terjaga adalah syarat mutlak untuk melanggengkan kehidupan di dunia ini. Kegiatan ini telah menjadi komitmen Bupati Temanggung sehingga terjamin keberlanjutannya.

(Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar terletas pada DAS Progo, sebagian kecil lainnya pada DAS Serayu dan DAS Kuto)

Baca lanjutan!

Minggu, 31 Agustus 2008

Apel PNS, masih perlukah?

Pegawai negeri sipil (PNS) terutama yang berdinas pada suatu pemerintah daerah sudah sejak lama mempunyai kewajiban mengikuti apel pagi dan sore setiap harinya. Apel ini diadakan oleh instansinya untuk memeriksa kehadirannya. Sasarannya adalah untuk menjamin produktivitasnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tetapi apakah sasaran itu dipenuhi? Banyak kita dengar bahwa dalam interval waktu apel pagi dan apel sore banyak PNS yang hanya membaca koran di kantor, atau keluyuran ke mall, dll.nya. Dengan begitu walaupun produktivitas ada, tetapi tentu sangat rendah. Apel dengan sasaran untuk menjamin produktivitas pelayanan PNS kelihatannya perlu ditinjau kembali.

Produktivitas PNS tidak hanya ditentukan oleh kehadirannya saja. Produktivitas banyak ditentukan oleh program kerja yang disusun oleh instansinya dan kemampuan serta kerajinan PNS. Apel hanyalah bagian kecil dari kerajinan saja sehingga sumbangannya bagi produktivitas sangat kecil. Banyak PNS yang berhalangan apel namun produktivitasnya masih tinggi.

Apel dengan cara berbaris dan melapor lebih tepat diadakan untuk tentara, karyawan pabrik dan satgas partai. Kenapa? Karena mereka bekerja dan berkoordinasi untuk menghasilkan produk dalam tempat dan waktu yang sama. Sedangkan PNS dapat bekerja dan berkoordinasi dari tempat yang berbeda pada waktu yang sama. PNS dapat memanfaatkan teknologi komputer, internet dan handphone untuk itu. Apel PNS menjadi tidak relevan lagi karena penilaian kerajinan dan kemampuan PNS dapat langsung dilihat dari produktivitasnya.

Baca lanjutan!

Kamis, 31 Juli 2008

Jumlah Penduduk dan Ketersedian Air Jawa Tengah

Jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 228 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sbesar itu Indonesia menempati posisi ke empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia setelah China, India dan USA. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi adalah penyebabnya.

Laju pertumbuhan penduduk (population growth rate) Indonesia adalah 1.25% per tahun. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh tingginya total fertility rate (TFR – rata rata jumlah anak seorang perempuan usia subur) sebesar 2,17 (sumber lain menyebut 2,34) dan besarnya komponen penduduk usia subur (67,9%).

Penduduk Jawa Tengah diperkirakan adalah 32,2 juta dengan tingkat pertumbuhan adalah 0,35%. Parameter demografi lainnya kurang lebih sama dengan Indonesia. Total fertility ratenya adalah 2,14 dan net reproduction ratenya (rata rata jumlah anak berjenis kelamin perempuan dari seorang perempuan) adalah 1.02. Pada saatnya maka jumlah penduduk Jawa Tengah akan steady pada tahun 2025 ketika jumlahnya sudah 33,2 juta.

Dengan jumlah 32.2 juta jiwa dan volume ruang 32.800 km2 maka Jawa Tengah saat ini tergolong sebagai ruang paling padat di dunia. Kepadatan ini hanya dapat diungguli (sedikit) oleh Banten, Jawa Barat dan DI Yogyakarta sedang untuk tingkat dunia hanyalah Bangladesh. China sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia tidak sepadat Jawa Tengah. Kepadatan provinsi terpadat di China yaitu Jiang Su hanya 75% dari kepadatan Jawa Tengah.

Dalam kaitan dengan sumber daya air penduduk yang padat adalah beban. Ada 2 alasan kenapa penduduk yang padat adalah beban. Yang pertama, dari sisi penyediaan, kepadatan penduduk dengan persebaran yang sembarangan akan cenderung mengancam sumber sumber air sehingga kuantitas dan kualitas sumber sumber air menjadi berkurang. Menyusutnya debit sumber sumber air bawah tanah dan menaiknya nisbah debit maksimum dan minimum sumber air permukaan adalah contoh dari akibat penduduk yang padat. Yang kedua, dari sisi kebutuhan, kepadatan yang tinggi adalah kebutuhan sumber daya air yang tinggi. Kebutuhan ini meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat hidup. Jawa Tengah mendapatkan beban ini, yaitu kelangkaan air.

Curah hujan normal Jawa Tengah adalah sekitar 2.500 mm/tahun maka setiap tahun ada 82 milyar m3 air tercurah dari langit. Jika dibagi 32.2 juta penduduk Jawa Tengah maka setiap orang akan mendapatkan 2.500 m3/tahun. Dengan anggapan hanya 25% yang dapat dimanfaatkan melalui bendungan, bendung, dan tadah hujan maka ketersediaan air hanyalah 625 m3/kapita/tahun, suatu jumlah yang sangat kurang. Sebagaimana diketahui ketersediaan air yang ideal adalah pada kisaran 2.000 m3/kapita/tahun (pesimis) sampai dengan 5.000 m3/kapita/tahun (optimis).

Dari angka angka di atas maka penduduk Jawa Tengah yang ideal dari aspek ketersediaan air (katagori pesimis) adalah 8 juta orang. Jika hal itu ingin dicapai pertumbuhan penduduk yang negatif perlu dilakoni. Untuk itu perlu menerapkan jurus China ‘satu perempuan satu anak’ atau migrasi ke luar daerah atau keduanya.

Lain daripada itu, ke depan Jawa Tengah dan Jawa pada umumnya tetap akan mengalami kekeringan (dan banjir secara bergantian) karena angka angka yang ada mengharuskan demikian. Jadi ketika kekeringan hadir mestinya kita tidak perlu panik. Yang penting ketika air langka (kekeringan) air yang ada telah teralokasikan secara proporsional. Lebih lanjut, ketika air ada masyarakat dapat memanfaatkan secara hemat dan ketika air berlebih (banjir) masyarakat telah mendapatkan peringatan dini.

Baca lanjutan!

Rabu, 02 Juli 2008

Pompa Untuk Mengatasi Kekeringan

DITJEN SDA DISTRIBUSIKAN 136 POMPA UNTUK ANTISIPASI KEKERINGAN, demikian judul berita pu sebagaimana ditayang pada situs Departemen PU. Pompa pompa ini akan digunakan untuk menyedot air dari sumber air yaitu sungai, waduk lapangan, embung dan saluran air. Pompa akan didistribusikan melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk – Cisanggarung sebanyak 20 unit, Citanduy 10 unit, BBWS Bengawan Solo 25 unit, Citarum 10 unit dan BBWS Cidanau – Ciujung – Cidurian 15 unit. Kapasitas pompa adalah 25 L/s.


Saya sulit memahami kenapa persoalan kekeringan diatasi dengan penyediaan pompa? Kekeringan artinya adalah kelangkaan atau ketiadaan air. Kalau tidak ada air terus apa yang akan dipompa?

Pada saat musim kering (kemarau) semua air di sumber sumber air di Pulau Jawa sudah teralokasikan. Pengambilan air dari suatu titik di sungai dan saluran akan menghilangkan kesempatan pengguna air di bagian hilir. Jadi semacam zero game saja, yang satu mendapatkan dengan cara menghilangkan kesempatan yang lain. Contohnya, Departemen Pertanian pernah memberikan bantuan pompa untuk mengatasi kekeringan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Petani penggarap sawah pada DI Trani dan DI Lemahbang memanfaatkan pompa tersebut untuk mengambil air dari Saluran Colo. Dampaknya adalah lahan sawah DI Colo di Kabupaten Sragen yang pasokan airnya telah dialokasikan dari saluran Colo menjadi tidak terairi.

Dampak yang paling berat adalah terjadinya penurunan kualitas perilaku para pengguna air. Pengalaman bahwa kita boleh memompa air dari saluran atau sungai begitu saja membawa kepada pemahaman bahwa semua orang boleh mengambil air darimanapun tanpa syarat apapun. Maka saat itu di sepanjang saluran Colo marak terjadi pengambilan air dengan pompa, bahkan di beberapa titik dibangun stasiun pompa permanen. Saya kira sampai saat ini penertiban belum dapat dilakukan sehingga pompa masih menjadi persoalan pengelolanya.

Saya tidak sependapat dengan solusi penyediaan pompa untuk mengatasi persoalan kekeringan. Sebagian besar persoalan kekeringan terjadi karena penggunaan air yang tidak terencanakan (misalnya, karena petani menamam padi di luar lahan rencana, mengharap hujan, mengharap air tanah, dsb.). Lebih lanjut, sebagian besar penggunaan air tidak terencanakan terjadi karena pengguna air (petani) tidak mempunyai pilihan pekerjaan yang lain. Saya rasa akar dari persoalan kekeringan lebih kepada lapangan kerja tinimbang kepada kelangkaan air itu sendiri.

Persoalan kekeringan tentu harus dipecahkan, secara multisektoral. Jangka panjang (dari sektor Pengembangan SDA) dijalankan dengan konsisten semua instrumen pengelolaan SDA seperti: Pola dan Rencana Pengelolaan SDA, Dewan SDA, TK-PSDA, GNKPA dan lain lainnya. Dari sektor yang lain misalnya: pengendalian penduduk (jumlah maupun persebarannya) , penegakan peraturan tentang rencana tata ruang, peningkatan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, dsb. Jangka pendek dengan sosialisasi ketersediaan air, penyediaan pekerjaan secara padat karya, penyediaan hujan buatan dsb.

Baca lanjutan!

Senin, 30 Juni 2008

Pejabat Struktural Dinas PSDA Jawa Tengah

Hari ini, Senin, 30 Juni 2008 para pejabat UPTD pada Dinas PSDA Jawa Tengah dilantik. Peristiwa ini mengakhiri penataan organisasi pada Dinas PSDA Jawa Tengah sebagai bagian dari penataan organisasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menanggapi PP No 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 tanggal 6 Juni tentang SOTK Dinas PSDA Jawa Tengah maka Dinas PSDA Jawa Tengah disusun atas 5 unit eselon III/a di pusat dan 6 unit eselon III di daerah. Lebih lanjut, 5 eselon III/a pusat disusun atas 13 unit eselon IV/a dan 6 eselon III di daerah masing masing disusun atas 3 unit eselon IV/a. Susunan pejabat pada organisasi Dinas PSDA Jawa Tengah adalah kurang lebih sebagai berikut:

Dilantik pada 13 Juni 2008 di Ghradika Bakti Praja, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah NOMOR 821.2/226/2008 TANGGAL 13 JUNI 2008, Kepala Dinas PSDA Jawa Tengah: Ir Suryono Suripno, SIP, MT(eselon II/a. Dia sebelumnya adalah Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten Kota Wilayah I (Semarang - Pati).

Dilantik pada 23 Juni 2008 di Ghradika Bakti Praja berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 821.2/495/2008, 821.2/496/2008, 821.2/497/2008 dan 821.2/498/2008:
Sekretaris: Ir Triwidodo Djokorahardjo, MEng (eselon III/a), membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Program: Ir Agus Purwandini, MEng, (2) Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian: Wulan Martini Suprapti, SH, MSi dan (3) Kepala Subbagian Keuangan: Nomastuti Yunita Dewi, SE, MM.

Kepala Bidang Pengembangan dan Pembinaan Teknis: Ir FX Prijoewo Guntoro, Dipl HE, MSi (eselon III/a), membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Seksi Survey Investigasi dan Desain: Ir Kasmono, ME, (2) Kepala Seksi Hidrologi: Ir Agung Suseno, Dipl HE dan (3) Kepala Seksi Pengembangan dan Sistem Informasi SDA: Ir SR Eko Yunianto, Sp1.

Kepala
Bidang Irigasi dan Air Baku: Prasetyo Budhie Yuwono, ME (eselon III/a), membawahi 2 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Sri Purwanto, ST, MT dan (2) Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan: Agus Surawan, ST, Sp1.

Kepala
Bidang Sungai, Waduk dan Pantai: Ir Agus Purwadi, CES (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: F Dhoko Wintarto, ST, (2) Kepala Seksi Pembangunan dan Konservasi: Ir Indah Sulistyowati dan (3) Kepala Seksi Penanggulangan Banjir dan Peralatan: Noviyanto, Sp1.

Kepala
Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan: Ir Hidayat Mulyono, Dipl HE(eselon III/a) membawahi 2 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Seksi Kerjasama dan Manajemen Mutu: Parto, ST dan(2) Kepala Seksi Manajemen Aset dan Perizinan: Sriyanto, SH, MM.

Dilantik pada hari ini di Aula Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Aset berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 821.2/511/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008
:
Kepala Balai PSDA Pemali Comal: Purwadi, Dipl ATP, MT (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: Ir Ktut Artana, MSi, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Sarwono, SST, MT dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Pangestu Yudhowono, ST.

Kepala Balai PSDA Jragung Tuntang: Ir. Lukito, Sp1 (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: Drs Imam Wasirin, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: MC Agus Sudarmadi, ST dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Ir Rahman Wahyu Adikartika, Sp1.

Kepala Balai PSDA Serang Lusi Juana : Ir Djumono, Dipl HE (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: Suroso Sastro Wardojo, SH, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Kastari, Dipl ATP dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Suparman, BE, ST.

Kepala Balai PSDA Bengawan Solo: Ir. Ktut Arsa Indrawatara, Sp1 (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: Drs Agus Trimulyono, MSi, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Karman, Dipl ATP, MSi dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Gunawan Slamet Widodo, ST, MT.

Kepala Balai PSDA Progo Bogowonto Luk-Ulo: Ir. Djohan Hidajat, MSc eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: I Ktut Suryana, SH, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Hadi Pranoto, ST dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Ir Sukadi.

Kepala Balai PSDA Serayu Citanduy: Sudirman, ME (eselon III/a) membawahi 3 pejabat eselon IV/a, yaitu (1) Kepala Subbagian Tata Usaha: Ir Riwayanto Basuki, (2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Ir Suwondo, MT dan (3) Kepala Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan: Beno Hartadi Abdul Jalal, ST.

Baca lanjutan!

Sabtu, 31 Mei 2008

Hari Tanpa Tembakau Dunia (World No Tobacco Day)

Hari ini 31 Mei 2008 adalah Peringatan Hari Tanpa Tembakau. Gubernur Jawa Tengah melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah telah menginstruksikan pada hari itu tak boleh ada orang merokok di semua kantor pemerintah. Kebetulan hari itu adalah Sabtu sehingga sangat mungkin instruksi tersebut sukses.

World No Tobacco Day dirayakan setiap tanggal 31 Mei menyusul resolusi Sidang Umum Kesehatan Dunia (World Health Assembly) Nomor 42.19 tahun 1988. Sejak itu maka negara negara di dunia yang menjadi anggotanya, termasuk Indonesia, merayakanya setiap 31 Mei.

Negara maju telah sedemikian maju dalam mengimplementasikan konsep no tobacco. Pemerintah Canada telah melarang merokok di seluruh kabin pesawat penerbangan dalam negerinya sejak itu. Pada 1990 semua kantor pemerintah di sana dinyatakan bebas rokok.

Indonesia, seperti halnya negara terbelakang lainnya, tidak melaksanakan konsep no tobacco ini dengan sungguh sungguh (tepatnya tidak meratifikasi WHO Framework Convention on Tobacco Control - WHO FTCT). Kartono Mohamad, pada Kompas hari ini, menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia dalam melindungi rakyatnya dari dampak tembakau berada pada tingkat yang terburuk, sejajar dengan Guinea Bissau, Malawi dan Eritrea. Bahkan Pemerintah Indonesia memfungsikan cukai tembakau bukan sebagai perlindungan terhadap rakyatnya namun sebagai bagian dari pendapatan negara. Mengutip suatu penelitian, Kartono menyatakan bahwa jumlah cukai yang didapat Pemerintah Indonesia dari tembakau adalah Rp 16.5 triliun. Jika dibandingkan dengan belanja rakyat untuk mengobati penyakit akibat tembakau yang besarnya Rp 127.7 triliun rasanya pendapatan negara itu tidak layak dan tidak pantas.

Tembakau membahayakan konsumennya, mengganggu masyarakat di sekitarnya dan membuat citra Indonesia sebagai negara terbelakang semakin kuat. Jika kita ingin bangsa kita maju, tembakau harus hilang dari Indonesia.

Baca lanjutan!

Minggu, 27 April 2008

Genangan Pasang Semarang

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng dan milis part_a_wismp 15 April 2008)

Suara Merdeka Selasa 15 April 2008 memuat berita genangan pasang (Jawa: rob) pada halaman pertama. Paras muka air laut menaik kemudian melalui Kali Asin air laut melimpah ke daratan terdekat. Sebelas kelurahan di kecamatan kecamatan Semarang Utara, Semarang Tengah dan Semarang Timur tergenang air laut. Koran itu menampilkan juga gambar kesibukan penduduk setempat yang menyelamatkan barang barangnya. Koran itu sudah berkali kali menampilkan fenomena genangan pasang di Semarang.

Fenomena genangan pasang di bagian utara Kota Semarang mulai muncul pada akhir dekade 80an. Ketika itu Pelabuhan Tanjung Emas selesai ditingkatkan. Sedikit demi sedikit genangan air laut meluas. Tahu tahu, Jalan Ronggowarsito dan Mpu Tantular sudah tergenang air pasang sepanjang tahun. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya dan yang paling populer adalah meninggikan paras muka tanah. Tetapi hal itu nampaknya tidak lestari karena paras muka tanah terus mengalami penurunan (terjadi land subsidence). Orang menjadi ingin tahu penyebab penurunan ini.

Penyebab penurunan ini belum jelas benar tetapi paling tidak ada 2 hipotesis. Yang pertama adalah bahwa kegiatan pelabuhan telah meningkatkan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Peningkatan kegiatan ekonomi ini telah mendorong ekploitasi air tanah secara berlebihan di daerah berdekatan dengan pelabuhan. Lapisan lempung sebagai penyimpan air tanah terbanyak dengan sendirinya menyusut. Inilah yang menyebabkan paras muka tanah selalu turun. Hipotesis ini nampaknya banyak dipercaya.

Hipotesis yang ke dua menyatakan bahwa kegiatan pemeliharaan kolam pelabuhan yang berupa pengerukan sedimen telah membuat keseimbangan tanah terganggu sehingga tanah (di bawah permukaan) di sekitar pelabuhan yang masih plastis bergerak secara horisontal ke pelabuhan untuk membuat keseimbangan baru. Pergerakan ini terjadi terus menerus sejalan dengan kegiatan pengerukan pelabuhan. Akibatnya, paras muka tanah di sekitar pelabuhan turun. Hipotesis ini terdukung oleh fakta bahwa laju penurunan semakin tinggi ketika mendekat ke pelabuhan.

Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi tentang penyebab dari penurunan itu. Sementara itu muncul fenomena yang baru, yaitu pemanasan global dan perubahan iklim. Salah satu wujud dari fenomena ini adalah mencairnya es di kutub utara, naiknya suhu air laut sehingga paras muka air laut naik. Fenomena ini membuat persoalan genangan pasang Kota Semarang bagian utara menjadi semakin memburuk. Nampaknya konsep yang sahih untuk penanganan genangan ini belum pernah terwujud.

Beberapa konsep ditawarkan antara lain dengan menaikan paras muka tanah (dengan pengurukan), konversi ruang alami menjadi ruang artifisial (polder) dan kombinasi keduanya. Namun saya kurang sependapat dengan cara itu karena terkesan kita jump to the conclusion. Kita sudah pada kesimpulan bahwa ruang tersebut harus diselamatkan at any cost.

Saya cenderung untuk dilakukan kajian ruang terlebih dahulu. Pada kajian ruang tersebut dilakukan analisis sehingga sampai pada kesimpulan ruang tersebut sebaiknya diselamatkan atau sebaliknya, ditinggalkan. Kita akan punya angka angka, misalnya: jumlah penduduk, luas lahan, PDRB, ongkos investasi ruang, ongkos operasi dan pemeliharaan ruang, tingkat produktivitas ruang, dsb nya. Selain itu juga kita akan punya kajian dari aspek sosial dan budaya, dsb nya. Dari kajian inilah nanti DPRD Kota akan dapat memilih menyelamatkan atau meninggalkan. Pilihan DPRD inilah yang saya anggap sebagai dasar untuk pembuatan konsep yang sahih.

Baca lanjutan!

Sabtu, 05 April 2008

Peringatan HAD 2008

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng 23 Maret 2008)

Hari Air Dunia (World Day for Water - WDW) mula mula diusulkan dalamAgenda 21 Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Peringatan HAD dimulai tahun 1993 dan kemudian gaungnya mendunia sampai saat ini. PBB menetapkan 22 Maret sebagai HAD dan, melalui perangkatnya, memakai hari itu untuk menggalakkan dan mengkoordinasikan kegiatan kegiatan berkenaan dengan persoalan air.

HAD 2008 dicanangkan oleh PBB dengan tema Sanitasi dan sekaligus menandai tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi (TIS). Koordinasi kegiatan TIS dilakukan oleh perangkat PBB yaitu Departemen PBB untuk urusan Ekonomi dan Sosial (UNDESA). Sanitasi ini menjadi tema dan sekaligus isu penting dunia karena PBB memandang bahwa target untuk mengusahakan jumlah orang yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar (2.6 M orang) menjadi separuhnyapada 2015 sebagaimana tercantum dalam Millenium Developmen Goals (MDGs) dikawatirkan tidak tercapai. Pada tahun itu diperkirakan 2,1M orang masih akan tidak mendapatkan akses kepada sanitasi dasar.

Sanitasi
Berbicara sanitasi maka kita bicara tentang air minum dan air limbah. Ini terlihat dari Logo TIS yang menggambarkan 2 unsur tersebut. PBB ingin menegaskan lagi bahwa penyediaan air minum dan pembuangan air limbah merupakan investment yang sangat layak karena setiap dollar yang ditanamkan dalam bidang ini akan berbuah 8 dollar di kemudian hari. Secara kualitatif gambaran keuntungan adalah untukair minum adalah tersedianya waktu/ kesempatan bagi masyarakat untukmelakukan pekerjaan yang lebih produktif karena tidak perlu waktu untuk mendapatkan air dan berkurangnya secara berarti kemungkinanuntuk sakit perut akibat air (tipes dan muntaber). Untuk air limbah adalah mirip yaitu berkurangnya secara berarti penyakit menular (TB dan lainnya).

Sanitasi di Indonesia merupakan wewenang dari pemerintah kabupaten kota. Pemerintah (Ditjen Cipta Karya Dep PU dan Ditjen Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Depkes) dan pemerintah provinsi (Jawa Tengah: Dinas Permukiman dan Tataruang dan Dinas Kesehatan) mempunyai kewajiban untuk memberikan penunjangan terhadap pelaksanaan wewenang tersebut. Penunjangan ini dilaksanakan di daerah dengan satuan satuan kerjanya di daerah. Peringatan HADNasional 20085 yang dikoordinasi oleh Departemen PU tidak terlepas dari peranan ini.

HAD Nasional 2008
Peringatan HAD Nasional 2008 bertema Sanitasi Lestarikan Air dan Lingkungan. Panitianya dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum. Ada 6 bidang kegiatan utama yaitu Kampanye Peduli Air dan PenggalakanTahun Sanitasi Internasional, Lokakarya dan Seminar, Gerakan Masyarakat dan Apresiasi HAD, Pameran, Penggalakan HAD daerah, Puncak Acara dan 2 bidang kegiatan penunjang yaitu: Dokumentasi dan Humas dan Sekretariat Pelaksana. Dalam bidang kegiatan Penggalakan HAD rupanya Jawa Tengah hanya akan mendapatkan surat dari Menteri PU untuk mendukung kegiatan HAD ini dan tentunya akan diminta laporannya. Provinsi provinsi lain yaitu: Jambi, Bali dan Kalimantan akan ditinjau oleh Panitia Peringatan HAD Nasional 2008.

Jawa Tengah
Gaung HAD 2008 tidak begitu keras di Dinas PSDA Jawa Tengah. Mungkin karena sanitasi dianggap lebih merupakan persoalan 2 dinas tersebut.Mungkin juga karena Dinas PSDA Jawa Tengah masih kaget dengan banjir yang luar biasa baru baru ini . Mungkin juga karena tak punya waktu, sedang ancang ancang untuk mengahadapi kekeringan tahun ini. Atau mungkin ketiga tiganya. Namun kelihatannya persoalan sanitasi mesti juga menjadi bagian dari agenda kegiatan Dinas PSDA Jawa Tengah. Mengapa?

Sanitasi dasar yang berupa air minum dan pembuangan limbah dekat sekali dengan urusan yang ditangani Dinas PSDA Jawa Tengah. Air minum memerlukan air baku untuk pengembangannya, air limbah memerlukan daya tampung badan air untuk pembuangannya. Penyediaan air baku maupun penyediaan titik pembuangan limbah di badan air merupakan wewenang Dinas PSDA Jawa Tengah. Semua itu kelihatannya belum terkonsep secara mapan. Akan tidak terjawab jika misalnya datang Pemerintah Kota Semarang minta air baku untuk pengembangan Semarang bagian selatan atau datang Pemerintah Kota Solo minta titik pembuangan limbah di Sungai Bengawan Solo.

Air minum
Tingkat cakupan air minum (perpipaan) Jawa Tengah 2007, sesuai informasi Ir Purwandi Sukiato Panambang (Kasi Air Bersih Dinas Kimtaru Jawa Tengah) adalah 33,2% di perkotaan dan 8% di perdesaan. Mengikuti MDGs maka tahun 2015 cakupan perkotaan adalah 80% dan perdesaan adalah 54%. Berdasarkan pengamatan saya, pengembangan air minum di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, terkendala oleh ketersediaan air baku. Selama ini kemajuan produksi air minum sangat rendah. Karena itu yang dapat dilakukan oleh para pengelola adalah menggarap sektor distribusinya yaitu dengan cara mengurangi kebocoran. Kebocoran rata rata diperkirakan adalah 35% dan dengan usaha sangat keras hanya dapat diturunkan ke 15%, karena hampir tidak mungkin menurunkan kebocoran di bawah itu.

Peringatan HAD tentu mengingatkan kita akan tingkat kemajuan pengelolaan SDA yang telah dicapai sampai saat ini. Angka angka itu menjelaskan kalau kita berjalan sangat lambat.

Baca lanjutan!

Peringatan HAD 2007 Jawa Tengah

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng 6 April 2007)

'Padang Alase, Ilang Banyune, Teka Banjire' memenangkan lomba spanduk dalam rangka Peringatan Hari Air Dunia (HAD) 2007 tingkat Jawa Tengah. Walau belum menjawab seluruh tema karena tidak memuat unsur 'ajakan' tetapi kata katanya begitu kuat mengingatkan kita semua akan adanya kelangkaan air akibat salah urus alam. Ucapan selamat disampaikan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo atas kemenangan ini. Untuk menandainya maka sebuah trophy telah diberikan kepada Kepala Balainya oleh Kepala Dinas PSDA Jawa Tengah pada puncak peringatan HAD 2007 tingkat Jawa Tengah yang berlangsung di Kebumen Kamis 05 April 2007.

Pada kesempatan yang sama juga telah diselenggarakan diskusi dengan Subtema 'Langkah Nyata Mengatasi Kekurangan Air'. Ada 8 panelis menyampaikan laporannya. Mereka adalah para kepala BBWS yang beroperasi di Jawa Tengah (5 bbws, 1 diantaranya diwakili oleh stafnya), Kabal PSDA Probolo, Kadis SDA Tamben Kab Kebumen dan mantan Pemimpin SNVT Irigasi Andalan Jawa Tengah. Sayang, tata suara dan tata cahaya tidak mendukung sehingga pesan yang disampaikan oleh para panelis hanya sayup sayup sampai. Penyampaian juga tidak efektif karena tidak semua panelis membagikan paper/handoutnya dan tidak ada kesempatan bagi aundience untuk menyampaikan klarifikasinya.

Walau gelap dan lamat lamat saya berusaha menyimak. Penilaian saya mantan Pemimpin SNVT IAJT, Kabal PSDA Probolo dan staf BBWS Cimanuk Cisanggarung telah menjawab sub tema yang ditetapkan sedangkan lainnya lebih fokus kepada memperkenalkan dirinya. Mantan Pemimpin SNVT IAJT mengambil bidang pengawetan yaitu melaporkan pembangunan Intake Kedungsamak yang outcomenya dapat menghemat air Waduk Wadaslintang. Kabal PSDA Probolo mengambil bidang pelestarian yaitu melaporkan penggerakan institusi dan masyarakat untuk pelestarian das. sedang staf BBWS Cimanuk Cisanggarung mengambil bidang penghematan yaitu melaporkan penyiapan trainers untuk penerapan Metode System of Rice Intensification (SRI). Ucapan selamat disampaikan untuk mantan Pemimpin SNVT IAJT yang karenanya mendapatkan penghargaan inovasi teknologi. Penghargaan yang sama mestinya disampaikan juga untuk Kabal PSDA Probolo sebagai pelopor gerakan konservasi. Penghargaan lainnya mesti disediakan untuk BBWS Cimanuk Cisanggarung jika gerakan penghematan air irigasi sukses.

Indonesia termasuk di dalam 10 negara terkaya air di dunia. Menurut Ir Imam Anshori (Direktur Bina PSDA Dep PU), presipitasi rata rata per kapita per tahun adalah 2500 m3. Bagaimana dengan Jawa Tengah? rasanya tidak terlalu jauh karena untuk Bengawan Solo saja (daerah paling timur Jawa Tengah) adalah 2000 m3/ kapita/ tahun. Angka ini masih masuk dalam rentang 10 negara terkaya air di dunia. Kita memang belum dapat mengurus anugerah Tuhan ini dengan baik sehingga terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, cocok dengan kata kata BBWS Bengawan Solo: 'Padang Alase, Ilang Banyune, Teka Banjire.

Baca lanjutan!

Senin, 03 Maret 2008

Gempa Klaten Bantul-3

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis alumni sman magelang 1974 berkenaan dengan gempa Klaten Bantul 2006)

In the last week berita di televisi banyak menyiarkan berita tentang penanganan korban akibat gempa sabtu 27/05/06. Pemberitaannya riuh rendah tetapi yang banyak didukani oleh masyarakat jurnalis adalah kinerja pemerintah/ birokrat/ PNS. Rasanya berita tidak akan menarik tanpa blaming the government. Kita menjadi terbiasa dengan ungkapan: pemerintah lamban, tidak tanggap, tidak peka, prosedur berbelit – belit, terlalu birokratis, dsb. Itu yang terjadi sekarang ini. Yang terjadi berikutnya, yaitu jika penanganan korban akibat gempa ini sudah lewat adalah pemerintah akan didukani lagi lewat kata kata: bantuan dikorupsi, diselewengkan, tidak tepat sasaran, distribusi tidak merata dsb.


‘Birokratis’ dan ‘diselewengkan’ tampaknya merupakan dua kutub dari kinerja birokrasi. Untuk menjamin bantuan tidak diselewengkan maka prosedur harus ditempuh secara lengkap (birokratis), sehingga butuh waktu yang lama. Sebaliknya untuk mempercepat penanganan korban maka prosedur mesti dipangkas atau bahkan ditiadakan tetapi ini rawan penyelewengan. Biasanya yang ditempuh adalah trade off dari 2 kutub tersebut. Tetapi di zaman yang pancaroba ini birokrat nampaknya tidak mau ambil resiko. Mereka umumnya pada umur yang hampir pensiun dan tidak ingin masa pensiun mereka diganggu dengan urusan sebelum pensiun. Mereka tentu akan menerapkan prosedur lengkap (dan kaku).

Mereka akan membaca prosedur dengan cermat dan menerapkannya dengan cermat pula. Kalau seseorang birokrat diminta membagi bantuan kepada 100 orang korban dalam suatu kampung maka hanya kepada mereka bantuan itu akan diberikan walaupun di kampung tsb ternyata ada 100 orang korban lainnya. Jika dari 100 yang tertulis ternyata hanya 20 orang yang ada maka bantuan hanya akan diberikan kepada 20 orang itu sedang lainnya dikembalikan lagi walaupun tahu ada orang lainnya yang memerlukan. Semua bantuan harus dapat dipertanggung­jawabkan, tercatat, harus ada bukti serah terima, harus ada bukti bahwa si penerima shahih, dsb.

Beberapa birokrat mungkin ada yang tidak kuat hati karena iba atau desakan masyarakat setempat sehingga, misalnya, membagi rata bantuan ke semua korban atau menyerahkan sisa bantuan kepada korban yang lain yang belum menerima. Namun hal ini sebenarnya adalah bagai memasang tali gantungan untuk diri sendiri karena di depan sana telah menghadang BPKP, BPK bahkan jaksa dan hakim. Di sana juga telah menghadang jurnalis yang siap memberitakan 'penyelewengan' oleh birokrat itu.

Penanganan korban bencana mestinya tidak melibatkan birokrat secara langsung. Mereka cukup mengolah data dan informasi saja. Penanganan langsung dilakukan oleh tentara dengan prosedur tentara sebagaimana mereka menangani perang atau operasi keamanan. Dengan cara ini rasanya keluhan masyarakat bisa diminimalkan.

Baca lanjutan!

Gempa Klaten Bantul-2

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis alumni sman magelang 1974 berkenaan dengan gempa Klaten Bantul 2006)

Senin 29/05 saya ngantor di Solo. Kolega di Semarang memberitahu bahwa hari ini rombongan Kantor Pusat di Semarang akan meninjau bencana di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten sambil memberikan sumbangan dan mengirim satu unit alat berat (excavator). Setelah berkoordinasi maka saya dan 2 orang subordinates pergi juga ke sana, mapag. Sampai lewat dhuhur ternyata rombongan belum juga muncul di Kecamatan Wedi. Kami lalu menyerahkan sumbangan dari kantor kami ke kantor kecamatan dan kemudian pergi untuk melihat medan.


Kecamatan Wedi dikabarkan saat itu sebagai yang terparah di Kab Klaten tetapi menurut laporan beberapa subordinates Kecamatan Gantiwarno adalah yang terparah. Di Kecamatan Wedi terlihat banyak rumah di pinggir jalan ambruk. Begitu juga sepanjang perjalanan kami melalui Kecamatan Jogonalan dan Kecamatan Prambanan. Saya rasa Kecamatan Prambanan adalah yang paling parah karena lebih banyak rumah yang ambruk. Saya membawa kamera tetapi untuk merekam keadaan saat itu saya tidak tega dan juga tidal berani, takut kepada masyarakat /penduduk setempat.

Penduduk setempat di Kecamatan Prambanan banyak yang berkerumun di tepi Jalan Nasional Solo Jogja memungut sumbangan dari para dermawan yang lewat. Karenanya lalu lintas di sana berjalan melambat. Di Prambanan kegiatan juga melambat atau boleh dikatakan lumpuh, terlihat tidak ada toko yang buka. Rencana kami untuk makan siang disana tidak terlaksana karena tidak ada warung yang buka.

Sepanjang pulang ke Solo saya berpikir bahwa penderitaan masyarakat akibat gempa dimulai dari ambruknya rumah rumah mereka. Karena rumah mereka ambruk maka hampir semua milik mereka yang mendukung kehidupan normal mereka terkubur. Mereka tidak bisa masak, tidak bisa melindungi diri dari hujan/ udara luar, tidak bisa berganti pakaian, tidak bisa mandi dllnya yang semuanya akan bermuara pada penderitaan fisik dan mental.

Kenapa rumah mereka ambruk? Karena dalam pembangunannya ternyata kaidah kaidah teknik sipil tidak dipakai. Kaidah teknik sipil menyatakan suatu struktur mesti stabil, kuat dan kaku (cukup kaku tetapi tidak terlalu kaku). Rumah rumah itu ternyata tidak stabil sehingga ambruk digoyang gempa yang belum seberapa besar. Rumah rumah itu tidak memakai kolom yang terikat satu dengan lainnya dengan memakai slof atau ringbalk. Rumah rumah itu dibangun tanpa memperhatikan beban mendatar. Rumah rumah itu berdiri tanpa IMB.

Saya juga melihat banyak prasarana yang dibangun oleh pemerintah seperti: jembatan, bendungan, bendung dan oleh swasta seperti gedung bertingkat bahkan oleh masyarakat seperti rumah dan ruko tetap kokoh berdiri. Mereka mungkin hanya mengalami rekahan di struktur sekunder atau di sambungan antara struktur sekunder dengan utama. Rekahan rekahan itu justru diperlukan sebagai pelepas energi seperti mimisen pada orang hipertensi atau penyoknya bemper pada mobil yang tabrakan.

Apakah mahal jika kaidah teknik sipil diindahkan? Saya rasa tidak. Saya melihat si empunya banyak yang mampu yang untuk melengkapi rumahnya dengan kolom dsb.nya adalah tidak sulit. Di peraturan daerahpun sudah ada yaitu peraturan yang terkait dengan penerbitan IMB. Seandainya orang Bantul dan Klaten mau mengurus IMB sebelum membangun atau menempati rumahnya, saya rasa akibat gempa kemarin tidak akan sehebat ini.

Baca lanjutan!

Gempa Klaten Bantul-1

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis alumni sman magelang 1974 berkenaan dengan gempa Klaten Bantul 2006)

Datang tanpa pesan pergi meninggalkan kesan, itulah kata kata salah satu stasiun televisi swasta mengomentari gempa yang baru saja terjadi di Bantul dan Klaten.


Pagi itu, Sabtu 27/05/06, di Semarang anakku mengatakan telah terjadi gempa yang cukup besar di Semarang. Ternyata kemudian simboknya anak anak (boss rumah) yang sedang nglencer di Surabaya juga kirim pesan pendek bahwa telah terjadi gempa di Bantul dan memakan korban. Teletext di televisi juga mengabarkan bahwa gempa dengan besar 5,9 skala Richter telah terjadi dengan episentrum di dekat Bantul. Bisa dipahami jika di Semarang saja terasa cukup besar apalagi di Bantul, tentu luar biasa. Boss juga instruksi agar dicek kondisi seorang kerabat di Bantul. Beberapa saat kemudian adik adik saya yang di Jakarta dan sekitarnya juga menyampaikan kabar dan instruksi yang sama. Instruksi boss dan para juragan di Jakarta adalah instruksi yang harus segera dilaksanakan.

Saya berusaha menelpon kerabat saya itu namun ternyata selalu gagal. Saya mencoba menelpon kolega dan subordinates yang tinggal di Jogja ternyata juga gagal. Karena itu saya kirim pesan pendek kepada mereka dengan harapan pesan segera dapat diterima ketika mereka hidupkan telpon genggam mereka.

Sementara itu, para subordinates di Solo dan sekitarnya melapor bahwa kondisi prasarana dalam tanggung jawab kami aman. Namun demikian rumah seorang kolega mereka di Kecamatan Cawas Kab Klaten ambruk. Seperti biasa, saya beri arahan untuk tindakan segera (bagi mereka mungkin membosankan) dan sebagai subordinate juga saya melapor ke supervisor. Habis itu saya agak demam juga kalau kalau ada arahan darinya yang merepotkan tetapi ternyata sampai esok harinya tenang tenang saja.

Sore hari saya dapat jawaban dari kerabat saya bahwa dia dan keluarganya selamat, alhamdulillah, namun demikian rumahnya porak poranda. Karena saya tidak dapat konfirmasi lebih lanjut (masih susah berkomunikasi) saya menerjemahkan porak poranda sebagai rumahnya ambruk. Saya forward pesan pendek dari kerabat tersebut kepada para juragan di Jakarta dan mereka sependapat dengan terjemahan saya. Bantuan segera disiapkan.

Ahad siang 28/05(hari H+1) bantuan terkumpul. Setelah belanja seperlunya sore hari saya ke Bantul nunut adik saya yang berdomisili di Salaman Kab Magelang. Dalam perjalanan adik saya bercerita bahwa pada hari H dia ke Jogja dan menjumpai banyak orang ketakutan. Mereka tidur dan memarkir mobilnya di lapangan dan di pinggir pinggir jalan. Tetapi saat saya kesana keadaan seperti itu sudah tidak ada lagi. Mungkin karena hujan sedang turun maka mereka kembali masuk ke rumahnya.

Walau sebagian besar utuh, beberapa bangunan di Jogja runtuh sebagian. Pojok beteng juga runtuh. Makin ke selatan frekuensi menjumpai keruntuhan semakin tinggi. Sepanjang jalan ke Bantul dari Jalan Lingkar Selatan Jogja saya menjumpai banyak rumah yang runtuh bahkan ambruk. Perkerasan jalan patah atau mletot. Jembatan masih berdiri kokoh tetapi oprit (entrance) nya sedikit amblas.

Di sepanjang jalan juga dijumpai papan tanda menerima bantuan. Papan itu hanya diterangi dengan sinar sentir atau ban yang dibakar karena listrik PLN padam atau mungkin dipadamkan. Masih dapat dilihat penduduk yang tidur di luar rumah (rumahnya sudah atau hampir ambruk) di dalam tenda atau gubug darurat. Beberapa orang hilir mudik atau duduk bergerombol di antaranya berjaga.

Rumah kerabat ada di sebuah RT di Desa Melikan ternyata masih utuh. Menurut penduduk setempat di RT itu tidak ada rumah yang runtuh atau ambruk. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa kerabat kami saat itu tidak ada di rumah karena mengungsi ke Gunung Kidul. Mereka mengungsi karena takut ada gempa lagi dan juga karena listrik padam. Saya dan adik saya segera meninggalkan Bantul. Bantuan diserahkan di suatu kampung dalam perjalanan pulang. Adik saya terus pulang ke Magelang setelah mengantar saya ke Terminal Bus Giwangan. Terminal saat itu gelap dan sepi. Saya minta adik saya untuk ke Bantul lagi kalau kerabat sudah pulang dari pengungsian. Saya terus ke Solo karena esoknya mesti masuk kantor. Saya kirim pesan kepada para juragan di Jakarta MISSION ABORTED.

Baca lanjutan!

Selasa, 05 Februari 2008

Pasar Imlek Semawis

Menjelang tahun baru Cina (Imlek 阴历-Yinli), sudah beberapa tahun ini, di Semarang digelar Pasar Imlek Semawis. Penyelenggaraan acara ini merupakan wujud dari ide Prof Darmanto Jatman untuk merevitalisasi Pecinan Semarang sekaligus mendirikan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Selanjutnya, ide ini mendapatkan dukungan dari komunitas Pecinan, akademisi maupun Pemerintah Kota Semarang. Sekarang ini Pasar Imlek Semawis kelihatannya sudah menjadi agenda pariwisata kota itu.

Komunitas Pecinan adalah salah satu komponen yang membentuk kebudayaan Semarang. Komunitas ini ada paling tidak sejak abad 18 dan berkembang ke berbagai bagian kota yang ditandai dengan keberadaannya rumah rumah ibadah (klenteng). Banyak klenteng tersebar di seluruh penjuru Kota Semarang dan di Pecinan, tentu saja, sebarannya terpadat. Makanan khas yaitu Lunpia (润饼-runbing) yang menjadi salah satu identitas Semarang datang dari komunitas itu. Semarang mempunyai nama dalam bahasa Cina yaitu San Bao Long. Saya mencoba menerjemahkannya dari rangkaian hurufnya. Ada 2 cara menulis, yang ke satu 三宝隆 yang berarti Tiga Kekayaan dan Keberuntungan, dan ke dua 三保垄 yang berarti Tiga Tanggul Pelindung .

Pasar Imlek Semawis 2559 (tahun Xia) dibuka pada Sabtu malam 02 Februari 2008 oleh Walikota Sukawi Sutarip. Koran Suara Merdeka 03 Februari 2008 melaporkan bahwa acara pembukaan dimeriahkan dengan kesenian khas Semarang, yaitu: tembang tembang Jawa yang didendangkan oleh siswa siswa etnis Cina, gamelan oleh civitas akademika IAIN Walisanga, tarian khas Cina dan tentu saja barongsai. Acara ini juga dihadiri oleh Alvin Li (
李灵彪-Li Ling Biao anggota DPR-RI), Prof Abdul Jamil (Rektor IAIN Walisanga), Prof Darmanto Jatman (staf pengajar Undip) dan Haryanto Halim (Ketua Kopi Semawis). Pembukaan dimeriahkan juga dengan turunnya hujan namun demikian pengunjung tetap membludak.

Saya menjadi pengunjung pada hari berikutnya. Dengan diantar oleh anak saya, pukul 16.00 saya sudah sampai pecinan melalui jalan Wakhid Hasyim. Di ujung jalan itu (S06.97499 E110.42499) berdiri gapura dengan arsitektur khas Cina bertulis dalam huruf kanji 三保垄唐人街 San Bao Long Tang Ren Jie (arti harfiahnya Jalan Orang Tang di Semarang) dan huruf latin di bawahnya Pecinan Semarang (ini merupakan terjemahan tepat guna huruf huruf di atasnya). Kami mesti berbelok ke kanan (selatan) ke Jalan Beteng sampai mentok, di sanalah (S06.97864 E110.42504) gerbang Pasar Imlek Semawis berdiri. Kendaraan kami parkir di Jalan Beteng. Kami diminta Rp 5.000 oleh seorang pemuda yang menjadi juru parkir di tempat itu. Agak mangkel juga terpaksa membayar mahal tetapi cuaca saat itu begitu cerah, udaranya juga begitu segar sehingga menghilangkan hasrat saya untuk bersitegang dengannya.

Cuaca yang bagus mendorong saya untuk lebih mengamati kondisi fisik di sana. Pasar Imlek Semawis menempati sebagian Jalan Wotgandul dan sebagian Jalan Gang Pinggir. Ada kurang lebih 400m penggal jalan dipakai untuk acara itu. Pada hari kerja jalan itu adalah koridor yang cukup ramai, jalannya dipadati kendaraan dan pertokoannya cukup sibuk. Pada acara ini jalan ditutup dan sebagian toko juga tutup. Selokan di pinggir jalan sebagian tidak tertutup membuat orang mesti hati hati berjalan. Beberapa tempat bau selokan tercium dengan jelas, bau khas Asia.

Suasana pecinan terasa disini walaupun kurang menggigit. Di beberapa titik sepanjang koridor tersebut dijumpai miao yu (klenteng), misalnya: Xiu Fu Miao, Ling Fu Miao dan De Hai Gong. Suasana pecinan juga ditegaskan dengan bentuk arsitektur pertokoannya. Walaupun bagian depan toko sebagian telah dirombak tetapi bagian belakangnya masih menyiratkan arsitektur Cina. Sayang, perombakan itu membuat lingkungan pertokoan terkesan compang camping. Saya berharap semangat Kopi Semawis ini pada saatnya nanti akan mendorong dilakukannya renovasi terhadap pertokoan sehingga suasana pecinan menjadi lebih terasa.


Suasana pecinan juga belum terasa benar pada Pasar Imlek Semawis karena fisik pasar masih seperti pasar malam pada umumnya. Hanya beberapa gerai dan pramuniaganya menampilkan nuansa pecinan. Beberapa perusahaan rokok, sepeda motor dll. yang mungkin sponsor acara ini membuat gerai sendiri yang cukup bagus khas pecinan walau belum menyatu dengan gerai gerai lainnya. Saya yakin, daya tarik pasar malam adalah pada fisiknya selain daripada komoditinya.

Komoditi pasar itu masih relatif sama dengan yang di pasar malam tradisional. Di sana dijajakan barang, antara lain: makanan, minuman, pakaian, pernik pernik khas cina, buku cerita silat, dll. Beberapa jenis jasa juga ditawarkan, misalnya: ramalan, pijat refleksi, pengobatan prana, dll.nya. Selain itu juga ditawarkan produk yang gratis di gerai gerai perusahaan koran setempat, yaitu: melukis sketsa wajah dan menuliskan nama dengan kaligrafi kanji. Dari semua itu produk makanan kelihatannya paling banyak ditawarkan.

Sebagai pengunjung saya belum tergerak untuk mencicipi makanan yang dijual. Penampilan gerai yang kurang menarik, berjajarnya gerai halal dan non halal, sempitnya tempat dll. mengurangi selera saya untuk jajan ditempat itu. Padahal, biasanya saya langsung mengudap setelah zou zou. Pasar Imlek Semawis perlu memperbaiki diri untuk membuat selera pengunjung bangkit.

Pasar Imlek Semawis merupakan gagasan yang bagus dalam rangka menampilkan jatidiri kota sebagai produk pariwisata. Gagasan yang bagus itu perlu mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan agar implementasinya juga bagus. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan yang cukup rinci dari berbagai aspek agar Pasar Imlek Semawis dapat tampil lebih menarik. Pemikiran dari sosiologis, arsitek, pedagang, ahli fengshui, ahli kuliner, ahli transportasi dll. mesti dapat terpakai dalam membuat perencanaan sebuah agenda pariwisata itu. Semoga Pasar Imlek Semawis lestari dan terus membaik.

Baca lanjutan!

Sabtu, 05 Januari 2008

Pergaulan Dengan Internet

Internet merupakan temuan tahun abad 20 yang sangat revolusioner. Dengannya seolah dunia menjadi semakin kecil, semakin transparan dan bumi semakin cepat berputar. Dalam kehidupan sehari hari internet telah menjadikan hidup manusia menjadi lebih nikmat. Dengan internet hampir semua pertanyaan yang melintas di dalam benak kita dengan segera akan mendapatkan jawabannya.

Saya mengenal internet tahun 1989 ketika menjalani tugas belajar di The University of Manitoba, Canada. Ketika itu seorang mahasiswa, kalau mau, boleh mendapatkan suatu akun pada pusat komputer universitas. Kemudian profesor pembimbingnya akan mengisi akun itu dengan semacan cash. Dengan cash itu dia boleh mengakses internet (logging on). Cash akan berkurang seiring dengan lamanya kita logging on.

Akses pertama internet hanya saya manfaatkan untuk email dan melihat persediaan buku di perpustakaan. Dengan fasilitas email itu saya dapat berhubungan dengan teman teman yang berada di United Kingdom. Alamat emailnya kami dapatkan dari daftar anggota Isnet yang dicetak oleh Budi Rahardjo. Sungguh excited menerima balasan surat dari seorang teman di seberang. Saat itu saya menyurat ke Indratmo Soekarno yang sedang tugas belajar di University of Strathclyde, Glasgow. Ajaib, sehari kemudian, ketika saya logging on balasan darinya sudah tertayang di layar monitor.

Hal ajaib lainnya saya jumpai ketika mengakses persediaan buku di perpustakaan perpustakaan. Dengan komputer yang masih hitam putih, dari rumah, saya boleh mengakses situs situs perpustakaan. Tidak hanya perpustakaan The University of Manitoba, perpustakaan The University of Winnipegpun dapat kami akses. Demikian juga perpustakaan Kota Winnipeg (Winnipeg Public Library). Di situ kami boleh tahu perihal keberadaan suatu buku sediaan, ada di rak ataukah sedang dipinjam. Kalau sedang dipinjam, kapan buku itu akan kembali, dsb. Bagi saya yang datang dari suatu negara terbelakang kemudahan itu sungguh luar biasa.

Kemudahan yang saya peroleh itu, dari sisi kualitas, tentu tidak seperti masa kini. Saat itu tampilan komputer masih sebagaimana kita membuka komputer dengan operating system DOS, masih primitif, masih seperti mengakses internet lewat handset. Walaupun demikian tampilan di layar komputer Budi Rahardjo di laboratoriumnya sudah cukup canggih, layarnya lebar, resolusinya tinggi dan berwarna. Bisa dimaklumi saat itu dia adalah anggota tim pengembangan internet di universitasnya. Saya diajarnya banyak tentang OS dari Sun Linux (?) tetapi sampai pulang ke Indonesia tahun 1991 juga tidak paham.

Di Indonesia, pergaulan saya dengan internet dimulai sekitar tahun 1995 di Pekanbaru ketika Indonet membuka pelayanannya di sana. Inilah ISP pertama yang saya kenal. Darinya saya mendapatkan sebuah e-mail address yang sampai sekarang, walau sudah bermukim di Semarang, masih saya pelihara. Dengan terbukanya akses internet itu maka semua aplikasi dalam internet saya coba manfaatkan, misalnya: e-mail, browsing, IRC, telnet dan newsgroup. Aplikasi ftp juga saya coba ketika mencoba membuat sebuah web untuk diri sendiri.

Internet dan aplikasinya telah membuat kerja saya menjadi sangat terbantu. Saya merasa kerja cerdas sudah dapat dilakukan. Kerja cerdas merupakan istilah yang selalu saya dengungkan kepada subordinate saya. Ciri kerja cerdas adalah produktivitas tinggi dengan tempo kerja yang santai. Internet menjawab kebutuhan itu.

Baca lanjutan!