Minggu, 27 April 2008

Genangan Pasang Semarang

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng dan milis part_a_wismp 15 April 2008)

Suara Merdeka Selasa 15 April 2008 memuat berita genangan pasang (Jawa: rob) pada halaman pertama. Paras muka air laut menaik kemudian melalui Kali Asin air laut melimpah ke daratan terdekat. Sebelas kelurahan di kecamatan kecamatan Semarang Utara, Semarang Tengah dan Semarang Timur tergenang air laut. Koran itu menampilkan juga gambar kesibukan penduduk setempat yang menyelamatkan barang barangnya. Koran itu sudah berkali kali menampilkan fenomena genangan pasang di Semarang.

Fenomena genangan pasang di bagian utara Kota Semarang mulai muncul pada akhir dekade 80an. Ketika itu Pelabuhan Tanjung Emas selesai ditingkatkan. Sedikit demi sedikit genangan air laut meluas. Tahu tahu, Jalan Ronggowarsito dan Mpu Tantular sudah tergenang air pasang sepanjang tahun. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya dan yang paling populer adalah meninggikan paras muka tanah. Tetapi hal itu nampaknya tidak lestari karena paras muka tanah terus mengalami penurunan (terjadi land subsidence). Orang menjadi ingin tahu penyebab penurunan ini.

Penyebab penurunan ini belum jelas benar tetapi paling tidak ada 2 hipotesis. Yang pertama adalah bahwa kegiatan pelabuhan telah meningkatkan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Peningkatan kegiatan ekonomi ini telah mendorong ekploitasi air tanah secara berlebihan di daerah berdekatan dengan pelabuhan. Lapisan lempung sebagai penyimpan air tanah terbanyak dengan sendirinya menyusut. Inilah yang menyebabkan paras muka tanah selalu turun. Hipotesis ini nampaknya banyak dipercaya.

Hipotesis yang ke dua menyatakan bahwa kegiatan pemeliharaan kolam pelabuhan yang berupa pengerukan sedimen telah membuat keseimbangan tanah terganggu sehingga tanah (di bawah permukaan) di sekitar pelabuhan yang masih plastis bergerak secara horisontal ke pelabuhan untuk membuat keseimbangan baru. Pergerakan ini terjadi terus menerus sejalan dengan kegiatan pengerukan pelabuhan. Akibatnya, paras muka tanah di sekitar pelabuhan turun. Hipotesis ini terdukung oleh fakta bahwa laju penurunan semakin tinggi ketika mendekat ke pelabuhan.

Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi tentang penyebab dari penurunan itu. Sementara itu muncul fenomena yang baru, yaitu pemanasan global dan perubahan iklim. Salah satu wujud dari fenomena ini adalah mencairnya es di kutub utara, naiknya suhu air laut sehingga paras muka air laut naik. Fenomena ini membuat persoalan genangan pasang Kota Semarang bagian utara menjadi semakin memburuk. Nampaknya konsep yang sahih untuk penanganan genangan ini belum pernah terwujud.

Beberapa konsep ditawarkan antara lain dengan menaikan paras muka tanah (dengan pengurukan), konversi ruang alami menjadi ruang artifisial (polder) dan kombinasi keduanya. Namun saya kurang sependapat dengan cara itu karena terkesan kita jump to the conclusion. Kita sudah pada kesimpulan bahwa ruang tersebut harus diselamatkan at any cost.

Saya cenderung untuk dilakukan kajian ruang terlebih dahulu. Pada kajian ruang tersebut dilakukan analisis sehingga sampai pada kesimpulan ruang tersebut sebaiknya diselamatkan atau sebaliknya, ditinggalkan. Kita akan punya angka angka, misalnya: jumlah penduduk, luas lahan, PDRB, ongkos investasi ruang, ongkos operasi dan pemeliharaan ruang, tingkat produktivitas ruang, dsb nya. Selain itu juga kita akan punya kajian dari aspek sosial dan budaya, dsb nya. Dari kajian inilah nanti DPRD Kota akan dapat memilih menyelamatkan atau meninggalkan. Pilihan DPRD inilah yang saya anggap sebagai dasar untuk pembuatan konsep yang sahih.

Baca lanjutan!

Sabtu, 05 April 2008

Peringatan HAD 2008

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng 23 Maret 2008)

Hari Air Dunia (World Day for Water - WDW) mula mula diusulkan dalamAgenda 21 Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Peringatan HAD dimulai tahun 1993 dan kemudian gaungnya mendunia sampai saat ini. PBB menetapkan 22 Maret sebagai HAD dan, melalui perangkatnya, memakai hari itu untuk menggalakkan dan mengkoordinasikan kegiatan kegiatan berkenaan dengan persoalan air.

HAD 2008 dicanangkan oleh PBB dengan tema Sanitasi dan sekaligus menandai tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi (TIS). Koordinasi kegiatan TIS dilakukan oleh perangkat PBB yaitu Departemen PBB untuk urusan Ekonomi dan Sosial (UNDESA). Sanitasi ini menjadi tema dan sekaligus isu penting dunia karena PBB memandang bahwa target untuk mengusahakan jumlah orang yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar (2.6 M orang) menjadi separuhnyapada 2015 sebagaimana tercantum dalam Millenium Developmen Goals (MDGs) dikawatirkan tidak tercapai. Pada tahun itu diperkirakan 2,1M orang masih akan tidak mendapatkan akses kepada sanitasi dasar.

Sanitasi
Berbicara sanitasi maka kita bicara tentang air minum dan air limbah. Ini terlihat dari Logo TIS yang menggambarkan 2 unsur tersebut. PBB ingin menegaskan lagi bahwa penyediaan air minum dan pembuangan air limbah merupakan investment yang sangat layak karena setiap dollar yang ditanamkan dalam bidang ini akan berbuah 8 dollar di kemudian hari. Secara kualitatif gambaran keuntungan adalah untukair minum adalah tersedianya waktu/ kesempatan bagi masyarakat untukmelakukan pekerjaan yang lebih produktif karena tidak perlu waktu untuk mendapatkan air dan berkurangnya secara berarti kemungkinanuntuk sakit perut akibat air (tipes dan muntaber). Untuk air limbah adalah mirip yaitu berkurangnya secara berarti penyakit menular (TB dan lainnya).

Sanitasi di Indonesia merupakan wewenang dari pemerintah kabupaten kota. Pemerintah (Ditjen Cipta Karya Dep PU dan Ditjen Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Depkes) dan pemerintah provinsi (Jawa Tengah: Dinas Permukiman dan Tataruang dan Dinas Kesehatan) mempunyai kewajiban untuk memberikan penunjangan terhadap pelaksanaan wewenang tersebut. Penunjangan ini dilaksanakan di daerah dengan satuan satuan kerjanya di daerah. Peringatan HADNasional 20085 yang dikoordinasi oleh Departemen PU tidak terlepas dari peranan ini.

HAD Nasional 2008
Peringatan HAD Nasional 2008 bertema Sanitasi Lestarikan Air dan Lingkungan. Panitianya dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum. Ada 6 bidang kegiatan utama yaitu Kampanye Peduli Air dan PenggalakanTahun Sanitasi Internasional, Lokakarya dan Seminar, Gerakan Masyarakat dan Apresiasi HAD, Pameran, Penggalakan HAD daerah, Puncak Acara dan 2 bidang kegiatan penunjang yaitu: Dokumentasi dan Humas dan Sekretariat Pelaksana. Dalam bidang kegiatan Penggalakan HAD rupanya Jawa Tengah hanya akan mendapatkan surat dari Menteri PU untuk mendukung kegiatan HAD ini dan tentunya akan diminta laporannya. Provinsi provinsi lain yaitu: Jambi, Bali dan Kalimantan akan ditinjau oleh Panitia Peringatan HAD Nasional 2008.

Jawa Tengah
Gaung HAD 2008 tidak begitu keras di Dinas PSDA Jawa Tengah. Mungkin karena sanitasi dianggap lebih merupakan persoalan 2 dinas tersebut.Mungkin juga karena Dinas PSDA Jawa Tengah masih kaget dengan banjir yang luar biasa baru baru ini . Mungkin juga karena tak punya waktu, sedang ancang ancang untuk mengahadapi kekeringan tahun ini. Atau mungkin ketiga tiganya. Namun kelihatannya persoalan sanitasi mesti juga menjadi bagian dari agenda kegiatan Dinas PSDA Jawa Tengah. Mengapa?

Sanitasi dasar yang berupa air minum dan pembuangan limbah dekat sekali dengan urusan yang ditangani Dinas PSDA Jawa Tengah. Air minum memerlukan air baku untuk pengembangannya, air limbah memerlukan daya tampung badan air untuk pembuangannya. Penyediaan air baku maupun penyediaan titik pembuangan limbah di badan air merupakan wewenang Dinas PSDA Jawa Tengah. Semua itu kelihatannya belum terkonsep secara mapan. Akan tidak terjawab jika misalnya datang Pemerintah Kota Semarang minta air baku untuk pengembangan Semarang bagian selatan atau datang Pemerintah Kota Solo minta titik pembuangan limbah di Sungai Bengawan Solo.

Air minum
Tingkat cakupan air minum (perpipaan) Jawa Tengah 2007, sesuai informasi Ir Purwandi Sukiato Panambang (Kasi Air Bersih Dinas Kimtaru Jawa Tengah) adalah 33,2% di perkotaan dan 8% di perdesaan. Mengikuti MDGs maka tahun 2015 cakupan perkotaan adalah 80% dan perdesaan adalah 54%. Berdasarkan pengamatan saya, pengembangan air minum di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, terkendala oleh ketersediaan air baku. Selama ini kemajuan produksi air minum sangat rendah. Karena itu yang dapat dilakukan oleh para pengelola adalah menggarap sektor distribusinya yaitu dengan cara mengurangi kebocoran. Kebocoran rata rata diperkirakan adalah 35% dan dengan usaha sangat keras hanya dapat diturunkan ke 15%, karena hampir tidak mungkin menurunkan kebocoran di bawah itu.

Peringatan HAD tentu mengingatkan kita akan tingkat kemajuan pengelolaan SDA yang telah dicapai sampai saat ini. Angka angka itu menjelaskan kalau kita berjalan sangat lambat.

Baca lanjutan!

Peringatan HAD 2007 Jawa Tengah

(Tulisan ini adalah salinan dari tulisan saya pada milis sdajateng 6 April 2007)

'Padang Alase, Ilang Banyune, Teka Banjire' memenangkan lomba spanduk dalam rangka Peringatan Hari Air Dunia (HAD) 2007 tingkat Jawa Tengah. Walau belum menjawab seluruh tema karena tidak memuat unsur 'ajakan' tetapi kata katanya begitu kuat mengingatkan kita semua akan adanya kelangkaan air akibat salah urus alam. Ucapan selamat disampaikan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo atas kemenangan ini. Untuk menandainya maka sebuah trophy telah diberikan kepada Kepala Balainya oleh Kepala Dinas PSDA Jawa Tengah pada puncak peringatan HAD 2007 tingkat Jawa Tengah yang berlangsung di Kebumen Kamis 05 April 2007.

Pada kesempatan yang sama juga telah diselenggarakan diskusi dengan Subtema 'Langkah Nyata Mengatasi Kekurangan Air'. Ada 8 panelis menyampaikan laporannya. Mereka adalah para kepala BBWS yang beroperasi di Jawa Tengah (5 bbws, 1 diantaranya diwakili oleh stafnya), Kabal PSDA Probolo, Kadis SDA Tamben Kab Kebumen dan mantan Pemimpin SNVT Irigasi Andalan Jawa Tengah. Sayang, tata suara dan tata cahaya tidak mendukung sehingga pesan yang disampaikan oleh para panelis hanya sayup sayup sampai. Penyampaian juga tidak efektif karena tidak semua panelis membagikan paper/handoutnya dan tidak ada kesempatan bagi aundience untuk menyampaikan klarifikasinya.

Walau gelap dan lamat lamat saya berusaha menyimak. Penilaian saya mantan Pemimpin SNVT IAJT, Kabal PSDA Probolo dan staf BBWS Cimanuk Cisanggarung telah menjawab sub tema yang ditetapkan sedangkan lainnya lebih fokus kepada memperkenalkan dirinya. Mantan Pemimpin SNVT IAJT mengambil bidang pengawetan yaitu melaporkan pembangunan Intake Kedungsamak yang outcomenya dapat menghemat air Waduk Wadaslintang. Kabal PSDA Probolo mengambil bidang pelestarian yaitu melaporkan penggerakan institusi dan masyarakat untuk pelestarian das. sedang staf BBWS Cimanuk Cisanggarung mengambil bidang penghematan yaitu melaporkan penyiapan trainers untuk penerapan Metode System of Rice Intensification (SRI). Ucapan selamat disampaikan untuk mantan Pemimpin SNVT IAJT yang karenanya mendapatkan penghargaan inovasi teknologi. Penghargaan yang sama mestinya disampaikan juga untuk Kabal PSDA Probolo sebagai pelopor gerakan konservasi. Penghargaan lainnya mesti disediakan untuk BBWS Cimanuk Cisanggarung jika gerakan penghematan air irigasi sukses.

Indonesia termasuk di dalam 10 negara terkaya air di dunia. Menurut Ir Imam Anshori (Direktur Bina PSDA Dep PU), presipitasi rata rata per kapita per tahun adalah 2500 m3. Bagaimana dengan Jawa Tengah? rasanya tidak terlalu jauh karena untuk Bengawan Solo saja (daerah paling timur Jawa Tengah) adalah 2000 m3/ kapita/ tahun. Angka ini masih masuk dalam rentang 10 negara terkaya air di dunia. Kita memang belum dapat mengurus anugerah Tuhan ini dengan baik sehingga terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, cocok dengan kata kata BBWS Bengawan Solo: 'Padang Alase, Ilang Banyune, Teka Banjire.

Baca lanjutan!